Oleh: Heris Drianto
Wartawan Utama
Linkarutama.com – Tentunya siapapun kita, kedudukan kita derajat kita dari yang bukan siapa siapa menjadi siapa dan ada apa, apalagi level kita seolah merasa lebih hebat. Hingga perilaku suka merendahkan orang lain melekat di hatinya, Minggu (12/11/2023).
Maka, selagi kehidupan keseharian ada di lingkungan sosial berhubungan dengan sesama tentu kita biasa berpikir bahwa kesulitan yang timbul dengan seorang yang egois, sombong adalah bahwa dia terlalu memandang tinggi dirinya, bahwa dia memiliki harga diri yang seolah besar. Wajar kan jika dia tidak pernah mau bercermin dengan perjalanan hidup sebelumnya atau bercermin dengan catatan buruknya..?
Maka kalau seseorang merasa dirinya terlalu mementingkan diri sendiri, entah dengan cara apa dia harus melepaskan keinginannya untuk memandang tinggi dirinya dan dia pun akan merasa puas.
Satu satunya cara dan jalan menyadarkan orang seperti itu, apakah kita harus telanjangi buruknya perjalanan kehidupan masa lalu, atau beberkan kasus memalukan yang mencoreng jati dirinya, catatan buruk itu tentu dia tidak memahami bahwa teman menyimpan rapih data dirinya.
Dan banyak orang berpikir bahwa cara berurusan dengan orang egois apalagi sombong adalah menunjukkan kekurangannya atau menundukkan nya dan merampas anggapannya bahwa dirinya sangat penting.
Tetapi itu hanya akan membuat orang egois tersebut semakin bersikap memusuhi dan membuat egonya bahkan semakin peka karena sesungguhnya orang yang mementingkan diri sendiri atau orang egois bukan merasa karena harga diri yang terlalu tinggi, melainkan karena merasa harga dirinya terlalu rendah. Renungkan kalimat ini ya..?
Ketika seorang individu bertikai dengan dirinya sendiri dan bertikai dengan orang lain terbukti merupakan masalah kurangnya harga diri yang sesungguhnya.
Dan ketika kita dianggap rendah padahal kita menjunjung tinggi Ilmu sebutan Penjilat, Carmuk atau Bermuka Dua tak kan mampu melekat pada jati diri kita.
Tak masalah ketika kita dianggap harga dirinya receh, bahkan selintas diam dan teduhnya perilaku kita dianggap bodoh, tapi dengan kita berpikir lebih luas dan manakala harus membuktikan skil yang kita miliki lebih tajam bagaikan sebuah silet mengiris kertas.
Jadi, biarkan orang orang egois terhadap kita, orang orang yang merasa tinggi hati tak sadar dari mana asalnya, dari mana awalnya dan akan kembali kemana akhirnya.
Karena hidup itu bukan berarti kita lebih menunjukan atau mengumumkan bahwa kita itu paling baik. Ingat dengan catatan buruk masa lalu yang tersimpan rapih di kerabatnya.
Ingat, kebaikan kita tak kan mampu merubah pola pikir orang diluar kita manakala orang itu tetap menutup dirinya hanya dialah yang hebat dan tak perlu kematiannya di layat.
Disinilah begitu seseorang mulai menyukai dirinya sendiri, maka dia akan lebih bisa menyukai orang lain.
Begitu dia berhasil mengatasi ketidakpuasannya yang menyakitkan dengan dirinya sendiri, dia tidak akan terlalu suka mencela orang lain dan lebih toleran kepada mereka.
Orang yang egois hanya memikirkan tentang diri mereka sendiri yang membuat mereka sangat sulit untuk berempati dengan orang lain. Dan tanpa pernah dia tau gerak geriknya di amati orang lain.
Secara alami dalam kehidupan di dunia ini, karakter dapat menghasilkan perilaku yang tidak terlalu baik tergantung faktor manusianya.
Sayangnya banyak dari mereka yang tak menyadari bahwa diri mereka adalah orang yang egois.
Atau mungkin yang membaca artikel ini sendiri juga tidak menyadari bahwa masuk dalam kategori orang yang egois, setengah pelit atau lebih banyak mementingkan diri sendiri tanpa melihat orang lain dengan ilmu Aji mumpung…..?
Ingat, tidak ada satu orang pun manusia yang mengetahui nasibnya satu hari kemudian, bahkan tidak untuk satu detik kemudian.
Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi hingga matahari terbit di esok hari.
Kita pun tidak dapat melakukan apapun di esok hari. Tak ada yang menjamin bahwa kita besok dapat merasakan senang atau sedih.
Bahkan belum tentu kita bertahan hingga esok hari atau tidak, sehat atau tidak dan tidak tau kapan nafas kita berhenti di panggil Ilahi.
Dunia adalah ladang Akhirat.
Seharusnya, kita tau bahwa dunia adalah laksana tempat bercocok tanam, ibaratnya manusia dikirim ke dunia ini untuk bercocok tanam dan bekerja karena untuk memperoleh hasil yang akan dinikmatinya diakhirat kelak, apa yang ditanamnya didunia itulah yang akan dinikmatinya di hari akhirat nanti, bila dia menanam keburukan maka dia akan memanen keburukan, bila dia menanam kebaikan dan amal shaleh, maka dia akan menikmati hasil amalannya tersebut.
Hemat kata, sejatinya kita hidup tentu terus dan terus tak hentinya menggali potensi amal kebaikan sebagai bekal kelak.
Yuuuk kita semua yang membaca artikel ini untuk berniat memulainya demi bekal kelak, semoga yang membaca artikel ini senantiasa Allah SWT limpahkan Kesehatan, rezeki dan lindungan bersama Keluarga tercinta….Aamiiin…. Tabikpuuun..!!!.