Tak Sadar Asal Usulnya, Menjadikan Sikap Takabbur Manusia Di Dunia

Linkarutama.com – Semuanya sudah jelas dalam kitab suci Alquran yang menceritakan bahwa Allah SWT, pencipta alam sejagat ini telah memberikan harta yang melimpah kepada Karun. Namun, Karun menjadi lupa diri, ia menjadi sombong dan suka membanggakan diri tanpa pernah menyadari asal usul dia dari mana dan dari bukan siapa siapa menjadi apa apa, semua itu dipastikan adanya campur tangan teman, karena hal yang tak mungkin dengan diri sendiri mampu melewati apa yang diinginkan. Sementara Allah SWT tidak menyukai orang sombong, dan membanggakan dirinya, ini jelas. Karena hal ini dijelaskan dalam Surat Al-Qasas Ayat 76 dan tafsirnya. Ini yang tidak disadari manusia, sadarnya ketika musibah ujian datang secara terus menerus, atau diuji sakit yang parah bahkan terpanggil dengan daftar Urut memasuki liang lahat.

Perilaku “Sombong’, yang dalam bahasa Arab disebut takabbur, adalah suatu sikap yang menunjukkan keangkuhan diri seseorang terhadap orang lain karena merasa memiliki kelebihan yang lebih daripada orang lain. Dia tidak menyadari orang yang di anggap rendah dan di sombongkan do’a di pagi hari dan di malam hari selalu di Ijabah Allah SWT.

Sombong atau takabbur itu pada hakikatnya, suatu sikap di mana seseorang berusaha membesar besarkan dirinya karena merasa memiliki kelebihan itu tanpa sadar siapa yang menolongnya, yang pada hakikatnya dia pun tidak memiliki kelebihan yang berarti dibandingkan kelebihan yang dimiliki oleh orang lain. Kalimat ini yang harus di cermati pembaca dan orang Takabbur.

Tentunya banyak hal yang menyebabkan seseorang menjadi sombong. Di antaranya, karena merasa memiliki jabatan yang tinggi yang sebelumnya bukan siapa siapa dan tidak bisa apa apa, merasa memiliki harta yang banyak dari sebelumnya diibaratkan sebutan menyerupai OKB, merasa memiliki kedudukan sosial yang tinggi karena campur tangan teman, merasa memiliki keturunan yang hebat, dan merasa memiliki kelebihan kelebihan lain padahal kosong belaka, ini kan diamati orang…..???. Nah, hal hal seperti ini biasanya akan memicu lahirnya sikap sombong manusia.

Jika kita berbicara soal sikap sombong ini akan menyebabkan seseorang melupakan banyak hal. Yang pertama di melaupakan dirinya. Dan kalau sikap sombong itu berjalan dan berkembang terus, maka dia akan melupakan orang lain atau teman yang selama ini membantunya. Lalu yang parahnya dia melupakan nikmat nikmat Allah yang ada pada dirinya. Jika sikap ini berkembang terus, lalu akhirnya dia melupakan Allah sebagai penciptanya, pencipta manusia, dan pemberi semua nikmat yang ada pada dirinya, yang semula dia bukan siapa siapa bahkan teman paham betul sejarah Nol nya.

Lalu jika akibat buruk dari sikap sombong itu bagi diri kita. Tentu dampak dari akibat sombong itu berdampak pada hati (jantung) kita. Hati (jantung) setiap manusia berukuran sama dengan ukuran kepal tangannya. Jika kepal tangannya besar, maka sebesar itu pula besarnya hatinya. Kalau kepalnya kecil, maka sekecil itu pula ukuran hatinya.

Secara medis kita tahu bahwa “Hati’ merupakan pusat perderan darah ke seluruh tubuh. Darah yang mengalir dalam diri manusia, keluar masuk dari hati itu, maka, jagalah hati, tuntunlah selalu agar selalu bersih.

” Seyogyanya kita harus ingat asal usul kita dan segala perjalanan kehidupan kita dari bukan siapa siapa hingga ada apa apa, karena perjalanan itu tentu banyak diketahui teman,” ucap penulis, Kamis (20/5/2023).

Karena, ketika orang bersikap sombong, hatinya yang kecil itu, seakan akan dipaksa menjadi lebih besar dari aslinya. Sebab, ketika seseorang bersikap sombong, peredaran darah yang ada di dalam hatinya lebih kencang dari biasanya. Dilihat dari kencangnnya perderan darah katanya dapat menyebabkan hati itu bertambah besar. Perderahan darah yang lebih kencang itu menyebabkan timbulnya desakan dalam peredaran darah tersebut.

Nah, jika kesombongan seseorang tidak berlanjut dan berkembang terus, maka Rasulullah SWT menyuruh kita untuk sombong di hadapan orang yang somnbong. Kata beliau “Sombong di hadapan orang sombong adalah sedekah”.

Karena itu, jagalah hubungan kita yang baik dengan badan kita sendiri, tidak tidak bersikap sombong. Bersikap merendahlah (ber-tawadhu’-lah) walau kita memiliki banyak kelebihan dalam hal jabatan, ilmu, kedudukan, keturunan yang hebat, dan status sosial yang tinggi.

Yakin saja kalau kita bersikap merendah kepada orang lain, maka kelebihan yang ada pada kita tidak akan pernah turun dan berkurang sedikit pun yang kita ibaratkan Padi, semakin berisi semakin menunduk.

Ada salah satu cara agar kita selalu bertawadhu’ (merendah) atau tidak sombong seperti dengan cara kita merasa bahwa sebenarnya kita tidak memiliki kelebihan apa pun, meskipun dalam kenyataannya kita memiliki banyak kelebihan. Sikap merasa tidak memiliki banyak kelebihan itu akan menyebabkan kita bersikap tawadhu’.

Semoga bagi pembaca tulisan ini siapapun kita, ada manfaatnya dan semoga kita mampu melatih dan menjaga hubungan baik dengan badan kita dengan sikap tawadhu’ (merendah), tidak bersikap sombong…. Aamiin. Walaahu a’lam bi Al-Shawaab….. Tabikpuuun..!!!

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *