BI: Inflasi Bulan November 2023, Didorong Oleh Kenaikan Beberapa Komoditas

Linkarutama.com – Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan dua kota di Provinsi Lampung bulan November 2023 tercatat mengalami inflasi 1,02% (mtm), meningkat dibandingkan periode Oktober 2023 yang mengalami inflasi 0,30% (mtm) dan lebih tinggi dari rata rata inflasi bulan November pada 3 (tiga) tahun terakhir yang tercatat mengalami inflasi 0,52% (mtm), Jum’at (1/12/2023).

Tingkat inflasi IHK tersebut lebih tinggi dari inflasi nasional dan inflasi gabungan 24 kota di wilayah Sumatera yang masing-masing mengalami
inflasi 0,38%(mtm) dan 0,61%(mtm).

Secara tahunan, inflasi gabungan dua kota di Provinsi Lampung bulan November 2023 tercatat sebesar 4,10% (yoy), juga lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional dan inflasi gabungan 24 kota di wilayah Sumatera yang masing-masing tercatat 2,86% (yoy) dan 3,40%
(yoy).

Dilihat dari sumbernya, inflasi pada bulan November 2023 didorong oleh kenaikan harga pada beberapa komoditas seperti: cabai merah, cabai rawit, bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras dengan andil masing masing sebesar 0,555%; 0,199%; 0,070%; 0,040%; dan 0,032%.

Kenaikan harga komoditas hortikultura menjadi penyumbang utama inflasi pada November 2023.

Berlanjutnya inflasi aneka cabai terutama disebabkan oleh penurunan pasokan di Kabupaten sentra
produksi Lampung Selatan, dan penurunan kualitas cabai akibat kondisi El Nino.

Sementara itu, kenaikan harga aneka cabai di Lampung juga turut dipengaruhi kenaikan harga cabai rawit dari Sukabumi, sebagai salah satu pemasok utama cabai untuk Provinsi Lampung, yang sempat mencapai
Rp100.000/kg untuk komoditas cabai rawit merah. Kenaikan bawang merah disebabkan oleh berkurangnya pasokan sejalan dengan berakhirnya periode panen Juli-Agustus 2023.

Adapun
kenaikan harga daging dan telur ayam ras sejalan dengan masuknya periode high demand menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru) akibat tingginya permintaan dari Pulau Jawa.

Selanjutnya risiko dari Inflasi Administered Prices (AP) yang perlu mendapat perhatian di antaranya yaitu

(i) Stance OPEC+ yang ingin
mendorong kenaikan harga minyak dunia untuk kepentingan geopolitik; dan

(ii) Risiko percepatan
kenaikan harga rokok di akhir tahun dengan ekspektasi tarif cukai rokok yang kembali meningkat pada
tahun 2024.

Meninjau perkembangan inflasi bulan berjalan dan mempertimbangkan risiko inflasi ke depan, TPID terus berupaya menjaga stabilitas harga melalui strategi 4K, yaitu:

Keterjangkauan Harga
Mengintensifkan operasi pasar beras/SPHP dan GPM secara kontinyu menjelang NATARU terutama komoditi aneka cabai, bamer, telur dan daging ayam ras hingga harga kembali turun,
terutama di lokasi pasar pencatatan inflasi BPS.

a. Penggunaan dana BTT untuk Operasi Pasar pada triwulan IV 2023 yang difokuskan pada
komoditas beras di 400 titik selama 50 hari pada (8 titik/hari).

b. Melakukan monitoring harga dan pasokan.

2. Ketersediaan Pasokan

a. Memperkuat dan memperluas Kerjasama Antar Daerah (KAD) Provinsi Lampung.

b. Perluasan Kerjasama Perdagangan antar Daerah dengan Kepulauan Riau dan Bali serta kedepan akan dilakukan KAD antara Lampung dengan Kaltim.

c. Berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan untuk mempercepat penanaman padi, optimalisasi peran bendungan, pendistribusian bibit yang cukup resisten terhadap kekeringan, dan pendistribusian traktor/alsintan.

3. Kelancaran Distribusi

a. Memastikan kelancaran transportasi melalui koordinasi dan sinergi untuk memastikan kecukupan kapasitas dan jumlah moda transportasi..

b. Merekomendasikan perbaikan jalan Kabupaten/Kota dan Pedesaan yang dilalui oleh angkutan barang bahan pangan.

4. Komunikasi efektif
Melakukan rapat koordinasi secara formal yang dilaksanakan rutin setiap minggu, dan informal melalui media sosial (POSKO INFLASI), dalam rangka menjaga awareness TPID Lampung terkait dinamika harga dan pasokan terkini.(*/her)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *