Puluhan Petani Jagung dan Singkong Keluhkan Dugaan Penyerobotan Lahan Oleh Mafia Tanah

Linkarutama.com – Puluhan kelompok petani jagung dan petani singkong di Desa Lumbi Rejo, Kabupaten Pesawaran, Lampung, terpaksa mengehentikan aktivitasnya lantaran lahannya di permasalahkan oleh sejumlah orang yang mengaku bahwa lahan tersebut merupakan tanah mereka.

Salah satu petani bernama Sinto (35) mengatakan, bahwa dirinya bersama puluhan petani lainnya dengan terpaksa mengentikan kegiatannya dikarena lahan yang mereka garap telah dipatoki oleh sejumlah orang yang melarang dengan mengaku bahwa tanah tersebut adalah tanah adat.

“Dulu pada tahun 1977 petani di sini sebelum saya buka lahan sendiri tidak ada keributan perebutan lahan, hingga akhirnya saat ini ada perusahaan PT Kapur Putih Lampung Berjaya dan membeli lahan para petani di sini,” katanya saat dikonfirmasi melalui ponselnya, Sabtu (28/9/2024).

Dia melanjutkan, dirinya pun menyewa lahan tersebut dari PT Kapur Putih Lampung Berjaya untuk menghidupi keluarganya dengan bercocok tanam mulai dari jagung, singkong, hingga sayur mayur. Terkait adanya sejumlah orang yang mematok lahan miliknya, dirinya sama sekali tidak mengetahui bahwa lahan yang ia sewa tersebut merupakan tanah adat.

“Bukan hanya dipatok saja, tapi tanam-tanaman kami seperti alpukat, jagung, singkong, dan jati juga dibakar sama mereka. Yang saya tahu orang-orang dari Kades dan orang-orangnya bahkan ada anggota juga,” kata dia.

Ia menambahkan hingga saat ini dirinya bersama para petani lainnya telah menganggur kurang lebih selama dua bulan. Dirinya terpaksa menganggur lantaran tidak memiliki lahan lagi untuk digarap.

“Kami tidak ada lahan lagi, kami juga takut. Bahkan saya pernah diancam akan dipenjarakan tujuh tahun katanya. Kami bisa kerja lagi kecuali kami menyewa lahan kepada mereka bukan dari perusahaan PT Kapur Putih Lampung Berjaya,” katanya.

Pemilik perusahaan PT Kapur Putih Lampung Berjaya, Sumarno Mustopa saat dikonfirmasi dirinya membantah bahwa lahan miliknya tersebut adalah lahan adat. Lahan yang digunakan untuk usahanya tersebut, lanjut dia, didapati dengan cara membeli dari para petani dan telah bersertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) setempat.

“Kami niat membantu petani di sini dengan menyewakan lahan yang ada. Lahan kami memiliki sertifikat, tapi tiba-tiba ada yang matok dengan mengatasnamakan bahwa lahan kami adalah lahan adat. Sedangkan kami juga tidak kenal dengan orang-orang itu,” katanya.

Terkait sengketa lahan tersebut, pihaknya berjanji akan membantu para petani yang telah diintimidasi oleh orang yang tidak dikenal tersebut dengan cara mematok lahan sewa mereka. Bahkan, katanya, pihaknya berencana akan melaporkan peristiwa tersebut ke penegak hukum dalam hal ini kepolisian dan kejaksaan.

“Secepatnya kami akan laporkan, karena bagaimana pun kami juga merasa diintimidasi dengan mematok tanah kami yang sedang disewa oleh petani. Ini sudah pasti ada mafia tanahnya, karena itu kami akan laporkan ke polisi dan kejaksaan,” katanya.

Kepala Desa (Kades) Lumbir Rejo, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, Ridho mengatakan, bahwa dirinya membenarkan telah terjadi sengketa lahan antara yang sedang digarap oleh para petani setempat.

Namun, kata dia, persoalan sengketa lahan tersebut tidak ada kaitannya dengan petani setempat melainkan ada kaitannya dengan pihak perusahaan PT Kapur Putih Lampung Berjaya.

“Memang benar sedang ada persoalan lahan, namun bukan dengan petani. Kami di sini mempersoalkan lahan yang telah dimiliki PT Kapur Putih Lampung Berjaya. Perlu diketahui bahwa lahan tersebut merupakan lahan adat,” katanya.

Sebagai Kades setempat, tambah dia, dirinya tidak menginginkan ada kegaduhan mengenai lahan tersebut.

Dirinya hanya menindaklanjuti laporan yang ada dan mencoba untuk melakukan mediasi.

“Saya prinsipnya sebagai Kades tidak mau ada kegaduhan di desa ini, jika ada laporan ya saya tindaklanjuti. Namun jika tidak bisa maka saya mengarahkan mereka untuk diselesaikan ke pengadilan saja karena kedua belah pihak saling pegang keabsahan,” katanya lagi.

“Apalagi ada tuduhan ke saya katanya saya intimidasi dengan cara menembak, emangnya saya Kades tukang tembak. Kalau ada masalah pasti saya turun ke lokasi dengan membawa Bhabinkamtibmas dan Linmas,” tutup dia.(*/her)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *