BI: Dibanding Oktober, Inflasi Lampung November 2025 Tetap Terkendali Pada 0,36%

Linkarutama.com – Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada November 2025 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,36% (mtm), lebih tinggi dibandingkan Oktober 2025 yang mencatat inflasi 0,23% (mtm), Senin (1/12/2025).

Realisasi tersebut juga lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 0,17% (mtm), namun masih lebih rendah dibandingkan rata-rata perkembangan IHK Provinsi Lampung pada November dalam tiga tahun terakhir yang mencapai 0,48% (mtm).

Secara tahunan, IHK Provinsi Lampung pada November 2025 mengalami inflasi sebesar 1,14% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 1,20% (yoy) maupun inflasi nasional sebesar 2,72% (yoy).

Dari sisi penyumbang, inflasi November 2025 didorong oleh kenaikan harga komoditas kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya. Komoditas yang memberikan andil terbesar antara lain cabai merah, bawang merah, emas perhiasan, dan wortel masing-masing sebesar 0,09%; 0,08%; 0,07%; dan 0,04% (mtm).

Kenaikan harga cabai merah dipicu oleh penurunan pasokan pasca masa panen serta penurunan kualitas produksi akibat tingginya curah hujan. Sementara itu, kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari sentra produksi di Jawa akibat tingginya harga benih dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).

Kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan tren naik harga emas dunia di tengah tingginya ketidakpastian global akibat faktor geopolitik. Adapun kenaikan harga wortel dipengaruhi oleh penurunan produksi akibat cuaca yang kurang kondusif.

Di sisi lain, inflasi November 2025 tertahan oleh penurunan harga salak, makanan hewan peliharaan, dan beras dengan andil masing-masing sebesar -0,03%; -0,02%; dan -0,02% (mtm). Penurunan harga beras didukung oleh terjaganya pasokan dari periode panen gadu serta penyaluran beras SPHP oleh BULOG sepanjang November 2025. Sementara itu, penurunan harga salak dan makanan hewan peliharaan didorong oleh pasokan yang tetap terjaga di tengah permintaan yang relatif stabil.

Ke depan, KPw BI Provinsi Lampung memprakirakan inflasi akan tetap terjaga dalam rentang sasaran 2,5±1% (yoy) pada akhir 2025. Namun, sejumlah risiko perlu diantisipasi dan dimitigasi, di antaranya dari Inflasi Inti (Core Inflation), yaitu:
(i) peningkatan permintaan agregat akibat kenaikan UMP sebesar 6,5% yang direalisasikan secara bertahap pada 2025 serta meningkatnya mobilitas masyarakat pada momentum HBKN Natal dan Tahun Baru (Nataru); dan
(ii) berlanjutnya kenaikan harga emas dunia di tengah ketidakpastian geopolitik dan dinamika kebijakan ekonomi Amerika Serikat.

Dari sisi inflasi bahan makanan bergejolak (Volatile Food), risiko yang perlu dicermati meliputi:
(i) potensi kenaikan harga beras pasca berakhirnya panen gadu dan memasuki puncak musim tanam;
(ii) potensi kenaikan harga komoditas strategis menjelang akhir tahun seiring libur HBKN Natal 2025 dan Tahun Baru 2026;
(iii) potensi gangguan pasokan dan distribusi ke Lampung akibat meningkatnya bencana hidrometeorologi di wilayah Sumatera; serta
(iv) peningkatan curah hujan dan risiko banjir lokal akibat berlanjutnya La Niña lemah hingga Desember 2025 yang dapat menghambat panen hortikultura dan distribusi pangan.

Adapun risiko dari inflasi harga yang diatur pemerintah (Administered Price) yang perlu diwaspadai antara lain:
(i) kenaikan harga minyak dunia akibat potensi gangguan pasokan global sejalan dengan berlanjutnya tensi geopolitik di Timur Tengah; dan
(ii) potensi penyesuaian tarif angkutan darat dan udara pada puncak libur akhir tahun. (*/her)


Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *