Linkarutama.com – Bicara olahraga renang di Provinsi Lampung. Dunia renang prestasi di Lampung tentu tidak bisa dipisahkan begitu saja dari dua orang tokoh olah raga di daerah yang berjuluk tanoh lado ini.
Mereka dikenal dengan nama Marzuli Warganegara dan Djuhriansyah. Dari tangan kedua orang inilah renang prestasi di Lampung menjadi sebesar saat ini.
Berawal dari tekadnya untuk memajukan olahraga renang di Lampung, Marzuli bekerja keras membangun mimpinya. Tidak hanya waktu yang dikorbankan oleh lelaki yang lahir pada 4 Maret 1939 itu.
Sebagai pengusaha, penerima anugerah Olahraga Terbaik Nasional 1978—1979 tersebut bahkan tidak jarang harus merogoh kocek pribadinya untuk mendanai program olahraga renang.
Dari cerita sekarahnya, berbagai usaha untuk mengembangkan olah raga renang terus dilakukan Marzuli. Namun minimnya sarana dan sumber daya manusia yang handal di olah raga renang membuat ayah lima orang anak ini awalnya cukup kesulitan menata olahraga renang.
Saat itu, kondisi pembinaan renang di Lampung belum berjalan dengan baik. Untuk membina atlet, Lampung hanya memiliki dua perkumpulan renang. Kedua perkumpulan renang itu adalah Tirta Pahoman dan Tirta Utama.
Tirta Pahoman berdiri tahun 1979 dengan pembina alm. Marzuki.
Sementara Tirta Utama berdiri tahun 1980. Sayangnya, kedua perkumpulan renang ini belum mampu menghasilkan atlet renang berprestasi. Sampai di tahun 1982, Marzuli bertemu dan berkenalan dengan Djuhriansyah.
Djuhriansyah merupakan pelatih yang telah terkenal di Jakarta saat itu. Dengan segala usahanya, Marzuli yang juga merupakan pembina olah raga sepak bola ini akhirnya berhasil membawa Djuhriansyah ke Lampung. Marzuli menawari Djuhriansyah menjadi pelatih renang di Lampung.
Lucunya, saat kedatangan Djuhriansyah sebagai pelatih renang, Lampung belum memiliki atlet yang akan dilatihnya. Namun kondisi ini tidak membuat Djuhriansyah patah arang dan membatalkan niatnya menerima tawaran Marzuli. Kondisi ini justru memacu semangat Djuhriansyah untuk membuktikan kapasitasnya sebagai pelatih renang yang handal.
Djuju sapaan akrab Djuhriansyah pun memutar otaknya agar kehadirannya di Lampung tidak sia-sia. Ketiadaan atlet membuat Djuju akhirnya mengerahkan tiga orang putra putrinya untuk diboyong ke Lampung.
Ketiganya adalah Musarofah, si kembar Yuriansyah dan Suriansyah. Namun karena dirasa masih kurang, Djuju pun membawa beberapa perenang binaannya asal Jakarta dan Kalimantan Selatan seperti Mustamsikin dan Ahmad Juhdi untuk dilatih di Lampung.
Upaya Djuju membina atlet ini mendapat dukungan penuh dari Marzuli. Tidak hanya memikirkan kebutuhan atlet selama latihan, Marzuli juga menyediakan dana untuk pengiriman atlet bertanding ke berbagai daerah di Indonesia.
Usaha keras yang dilakukan kedua tokoh ini selama tahun 1982 hingga 1985 lambat laun berbuah manis.
Maka, tahun 1985 di Pekan Olah Raga (PON) di Jakarta, tiga orang anak Djuhriansyah serta beberapa perenang dan peselam mempersembahkan medali terbanyak bagi kontingen Lampung.
Saat itu, renang menghasilkan tiga medali emas, enam medali perak, dan enam medali perunggu. Suatu raihan prestasi yang manis dan membanggakan di tengah banyaknya kesulitan saat itu.
Setelah prestasi di PON tahun 1985, perenang Lampung terus menunjukkan eksistensinya di kancah nasional. Beberapa perenang Lampung bahkan bisa menembus pelatihan nasional di Jakarta. Bahkan salah satu perenang Lampung, Juriana mendapatkan beas siswa dan berkesempatan berlatih di Amerika Serikat di awal tahun 1990-an.
Keberhasilan putri bungsu Djuhriansyah ini tidak lepas dari prestasi apiknya selama tahun 1988 sampai tahun 1992.
Di tangan dingin Djuhriansyah pula lahirlah perenang berbakat Arman Panji Suhandi. Prestasi Arman di kolam renang cukup mengagumkan saat tampil di PON 1993, Jakarta, PON 1996 dan PON 2000 Surabaya. Bahkan, salah satu limit waktu yang diperoleh Arman sempat tidak berhasil dipecahkan perenang perenang nasional Indonesia selama beberapa tahun kemudian.
Prestasi cukup gemilang perenang Lampung di kancah Nasional juga terjadi pada PON 2004 Palembang, Sumatera Selatan. Perenang Lampung Lina Cahya Utami berhasil mempersembahkan dua medali emas bagi kontingen Lampung. Dengan prestasinya ini, Lina bahkan mendapat kesempatan berlatih di Amerika Serikat selama dua tahun.
Terakhir kali, perenang Lampung yang berprestasi di kancah nasional adalah Ajeng Perwito Sari. Ajeng meraih medali perunggu bagi kontingen Lampung dalam PON 2008 di Samarinda, Kalimantan Timur.
Hingga saat ini, semua prestasi yang membanggakan tersebut belum bisa diulangi oleh perenang perenang Lampung.
Meredupnya prestasi perenang Lampung ini tidak terlepas dari kevakuman yang cukup lama dari pengurus Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Pengprov Lampung di tahun 2010 hingga 2015.
Kini, Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Pengprov Lampung mendapatkan nahkoda baru, H. Ade Utami Ibnu.
Di bawah kepemimpinan Ade selama 2015 hingga 2019 dan kini di tahun 2021 renang diharapkan kembali menjadi kebanggaan warga Lampung.
Penataan organisasi PRSI yang selama ini vakum pun terus dikebut.
Sejumlah agenda kerja juga telah ditetapkan.
Targetnya pada PON 2020 atau, 2021 di Papua, perenang Lampung bisa mempersembahkan medali bagi kontingen Lampung.
Perlu kerja keras dan dukungan semua pihak agar keinginan ini bisa terwujud.
Ketua PRSI Lampung dan Atlit Renang Gelar Do’a Bersama Untuk Sukseskan PON XX Papua
Semangat meraih juara mengharumkan nama Provinsi Lampung. Ketua Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Lampung, menggelar doa bersama dengan para atlit renang dan pelatih di Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa.
Doa bersama tersebut untuk memohon agar selalu mendapat lindungan Allah, di jaga semangat dan kesehatannya. Dan berharap atlit Lampung mampu membawa medali emas guna membangkitkan cabang olahraga renang untuk Provinsi Lampung.
Dilihat dari kegiatan yang digelar di salah satu panti asuhan dan menerapkan Prokes, di Kota Bandar Lampung pada,Kamis (23/9/2021), juga dihadiri Ketua PRSI Lampung Ade Utami Ibnu yang juga merupakan Anggota DPRD Provinsi Lampung.
Selain itu, tampak pelatih atlit renang Musarovah Mokoagow dan Akbar Sigartama dan atlit renang yang akan berangkat pada PON XX Papua esok yaitu Naufal R Ilhami serta puluhan santri dari Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa.
Diwawancarai dengan iringan do’a dan harapan demi Provinsi Lampung. Ketua PRSI Lampung Ade Utami Ibnu mengatakan bahwa, saat ini Ia merasakan dalam hatinya sesuatu yang mendalam terhadap perjuangan para atlit dalam berlatih, apalagi saat melihat keseriusan para atlit berlatih dan berjuang setiap harinya dan semangatnya.
“ Ya, kalau saya melihat berlatih bukan hanya berkeringat tapi menghabiskan seluruh energi, pasti letih dan menekan perasaan, menekan perasaan ingin main bersama teman-temannya, tapi karena ada kesadaran dalam diri bukan hanya membawa nama baik pribadi tapi juga nama keluarga kalian sampai menahan itu semua untuk semangat meraih sukses sebagaj juara, ” ujar Ade sambil menitikkan air mata yang disaksikan oleh para atlit, santri dan seluruh pengurus yang hadir di Panti asuhan Peduli Harapan Bangsa di Bandar Lampung.
Kemudian, Ade Utami Ibnu menambahkan untuk mewakili seluruh PRSI mengucapkan mohon maaf kepada anak-anak atlit dan mendoakan semua yang telah dilakukan itu dengan berbagai perjuangannya selama berlatih, mudah mudahan semua jerih payahnya dibalas oleh Allah SWT dan semoga diberikan kelancaran dan keselamatan pada kegiatan PON XX Papua, harap Ade Utami Ibnu.
Lalu di lokasi tersebut, kegiatan dilanjutkan dengan do’a bersama yang dipimpin oleh Pengurus Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa Ustaz Amir Hamzah.
“Jadi, sebelum kita memulai perjuangan dalam ajang perlombaan dan berangkat ke Papua, kita harus do’a bersama meminta pertolongan Allah SWT, sehingga Allah berikan kemudahan, kelancaran, sehat lahir batin dan diberikan semangat serta pulang dapat membawa piala terbaik untuk Provinsi Lampung,” harapnya dan kemudian di tutup dengan doa mengucapkan terima kasih untuk semua.(her)