Oleh: Heris Drianto
Wartawan Utama
Linkarutama.com – Jika kita sebagai kepala keluarga yang disebut pemimpin dalam sebuah rumah tangga tentu harus mampu memaknai sebuah keharmonisan keluarga, dimana mampu menciptakan suatu kondisi dimana di dalam keluarga terdapat sikap saling menghormati dan menghargai, saling pengertian, terdapat kasih sayang antar anggota keluarga dengan yang lain dan tercipta rasa bahagia (merasa puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan diri), serta memiliki komunikasi yang aktif dan mampu menciptakan sudut pandang yang luas ketika muncul permasalahan dalam rumah tangga, Minggu (14/1/2024)
Kita tau, siapapun Kepala rumah tangga tentu berjuang di luar demi kesejahteraan di dalam suatu rumah tangga, meski begitu banyak tantangan dalam memperoleh rezeki di luar.
Dalam arti bijaksana, tentu setiap orang memiliki cita cita ingin mempunyai keluarga yang harmonis.
Keluarga yang saling membersamai, selalu ada dalam suka dan duka agar menjadi potret keluarga bahagia yang diimpikan bagi banyak orang.
Tentu kita tau bahwa untuk membangun keluarga yang harmonis bukanlah perkara mudah, karena membutuhkan usaha tidak hanya satu orang melainkan seluruh anggota keluarga. Pasangan hidup harus memiliki kepekaan rasa pengertian jika taraf hidup perekonomian volumenya masih naik turun, ada kala rezekinya lancar, ada kalanya rezekinya masih tertunda. Ada ujian baik ada cobaan yang kerap sebagai ujian dalam rumah tangga.
Pengertian yang dimaksud tentu kedua belah suami istri yang wajib terus menerus membersamai menuntun anak anaknya menuju cita cita mereka masing masing.
Hidup, tentu pasang surut itu ada, namun ketika kita terus berikhtiar, tak kenal lelah dengan berbagi usaha dan mampu membaca peluang untuk mendapatkan rezeki, maka Imam keluarga terus memberikan contoh akhlak yang mulia dalam perilaku di kehidupan rumah tangganya.
Semua manusia tentu memiliki sifat lemah lembut dan sifat egosentris, namun yang penting kita ingat bahwa apapun ujian kehidupan yang kita alami, hendaknya dalam kehidupan rumah tangga harus mampu mendirikan tiang agamanya agar tetap kokoh. Menjalani kewajiban sholat 5 waktu, menggali amal kebaikan, berdo’a secara tulus agar Allah SWT menjadi lebih dekat dan do’a do’a kita terkabul.
Penulis memaknai bahwa sebuah Keharmonisan keluarga jika kita klasifikasikan sesuatu yang merupakan hubungan antara orang tua dan anak dalam hal kasih sayang, benahi ini baru membenahi dunia luar, ya kan…?.
Hemat kata, hubungan ini tentu dapat menciptakan kebahagiaan jiwa, kesenangan jasmani, dan akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak sebagai bekal masa depan mereka kelak.
Jika kita bicara harta. ingat, bahwa hidup dalam gelimang kemewahan tentu tidak menjamin seseorang merasa nyaman dan bahagia.
Kita lihat begitu banyak buktinya ada sebagian orang yang akhirnya memilih mengakhiri hidup meski mereka tak kekurangan harta benda.
Selain itu, ada juga yang hidup berlimpah kemewahan tapi mereka tak mampu mencecap atau menikmati kemewahan tersebut, karena ada penyakit yang menggerogoti tubuhnya sehingga tak bisa mengonsumsi beragam makanan dan minuman lezat karena akan berpengaruh pada kesehatannya. Bisa jadi cara mendapatkan rezeki ada yang bukan haknya.
Sebagian yang lain tak bisa menikmati harta yang dimiliki karena terlalu sibuk bekerja atau mungkin terlalu pelit untuk menggunakan hartanya.
Bahkan berbagi rezekinya pun dia tak terpikir, apalagi jika manusia memiliki sifat dan perilaku merasa gagah di dunia, merasa paling baik, senang di puji, menjilat sana dan menjilat sini, hidup terkotak kotak dan sombong dan hidup tergantung penguasa dunia, meski banyak orang menyebut nya bunglon. Padahal kalangan kerabat memahami bahwa harta yang selama ini ia dapatkan bukan hasil kerja secara benar, silahkan tanya dengan diri sendiri proses mendapatkan harta tersebut. Tabikpuuun…!!!.