Linkarutama.com – Diduga ada permainan kotor oknum-oknum di dalam, pasalnya di tengah kebahagiaan karyawan PTPN 1 Regional 7 menjelang hari Raya Idulfitri 1445 H yang mendapatkan tambahan Bantuan Uang Perayaan Keagamaan diluar Tunjangan Hari Raya 1445/2024 miris hanya menerima Rp700 ribu yang seharusnya Rp1 juta.
Tentu hal ini berbanding terbalik dengan nasib para karyawan borong yang menerima Rp700 ribu Tali Asih yang disebut pengganti uang THR.
Contohnya, Zupri (37) salah satu Karyawan Borong dari ratusan bahkan ribuan masyarakat yang menggantungkan hidupnya bekerja di pabrik karet milik PTPN I Regional 7, harus pasrah mendapatkan uang Tali Asih (THR) sebesar Rp700 ribu, Jumat (5/4/2024) kemarin.
“Uang yang harus diterima Rp1 juta, ini kok hanya Rp700 ribu, padahal uang ini diharapkan untuk keluarga meringankan di hari Raya Idul Fitri,” ucapnya.
Tali Asih harapan terakhir kami setelah gaji untuk keperluan meyambut Hari Raya Idul Fitri 1445 H, kata Zupri, saat membuka isi amplop yang tertulis namanya beberapa hari lalu, dengan hati kecewa.
“Tadinya sudah terbayang ada tabmbahan Rp1 juta dari gaji, seperti tahun lalu (2023), bisa buat beli baju anak-anak dan ongkos kereta ke Palembang. Nah Bukan nambah, malah berkurang,” cetus bapak dua anak yang sudah 4 tahun bekerja bergelut dengan getah karet di kebun.
“Tali asih merupakan pengganti uang Tunjangan Hari Raya. Tali Asih diberikan vendor penyedia tenaga karyawan borong,” jelas Sunaryo Ketua Perkumpulan Karyawan Borong dan PKWT (BKBP).
Menurutnya, mereka menerima pengaduan teman-teman Borong dari Lampung, Sumsel dan Bengkulu.
“Saya sudah sampaikan cobalah kalian tanyakan baik-baik kepada mandor atau asisten pengolahan kenapa nilai tali asihnya berkurang. Jangan main potong uang hak kami,” keluhnya.
“Ini dampak dari target produksi yang tidak mencapai, jadi perusahaan kesulitan keuangan. Masih mau kerja kan kalian, kutipan jawaban asisten dan mandor yang disampaikan mereka ke saya,” ucap Suparno, yang menyebutkan terkesan ancaman kerja.
“Teman-teman hanya bekerja berdasarkan perintah mandor sebagai perpanjangan tangan Asisten Pengolahan, mana tahu produksi tak tercapai dan kondisi perusahaan. Kalau kondisi keuangn kami tidak tahu menahu,” imbuhnya.
Idealnya pihak vendor dihadirkan bersama-sama memberikan penjelasan yang gamblang mengapa dana berkurang dari tahun sebelumnya.
Ia menambahkan manajemen PTPN I Regional 7 seharusnya tegas pada mandor yang menaungi karyawan borong, karena “Tali Asih” dari tahun ke tahun selalu bermasalah. Dan idealnya tali asih setiap tahun mengalami kenaikan, melihat dari komponen harga bahan pokok yang tiap tahun naik.
“Bagaimana evaluasi pihak manajemen kepada vendor, diindikasi ada ‘main mata’ vendor dan manajemen, karena tidak ada perbaikan dari tahun ke tahun.
Cobalah para petinggi dapat merasakan nasib karyawan bawah bagaimana susahnya mereka memenuhi kebutuhan Idul Fitri, dana Tali Asih menjadi harap,” Suparno.
Kekesalan para pekerja borong yang lebih dari 1 tahun bekerja juga di sampaikan beberapa orang.
“Aku kerja lebih dari 1 tahun, kok hanya menerima uang THR yang disebut tali asih hanya Rp200 ribu, ini aneh dan janggal makan uang hak pekerja,” cetus salah satu pekerja dengan nada kesal.
“Seharusnya justru ada tambahan meningkat tiap tahunnya, ini kok malah bobrok, jangan makan hasil keringan pekerja dong pak,” ujarnya kesalnya.
Para karyawan berharap pihak manajemen dapat meninjau kembali kebijakan tersebut dan mengembalikan dana tali asih ke jumlah semula sebagai hak pekerja. Hingga berita ini diturunkan, pihak Kepala Bagian SDM Rolan tidak merespon meski pesan via Watsapp aktif.
Selain Rolan, wartawan media Linkarutama.com ini yang menyandang Sertifikat jenjang Utama Dewan Pers juga mencoba mengkonfirmasi salah satu pihak yang kompeten Bapak Bambang selaku Coorporate, namun pesan singkatnya belum juga direspon.(*/her)