Adaptasi PTPN VII, Dari E-Office sampai PreciPalm

Linkarutama.com – Seluruh karyawan Kantor Direksi PTPN VII hampir tidak ada yang tak kenal Sopingi. Tugasnya sebagai agendaris membuat mobilitas pria 52 tahun itu begitu tinggi. Hampir seluruh ruang dari gedung besar berlantai empat di Jalan Teuku Umar itu rutin ia sambangi. Ya, hampir setiap hari.

Namun, belakangan sosok subur nan ramah itu jarang terlihat. Hanya sesekali ia tampak dengan beberapa lembar berkas di tangan dilengkapi buku agenda. Setahun terakhir, dia lebih banyak mengirikan berkas surat menyurat melalui computer depan meja kerjnya.

“Sejak kantor pake E- Office, saya sangat terbantu. Dulu, setiap hari ratusan berkas tak foto copy, terus dianter ke bagian-bagian. Sekarang, mereka sudah pake hand phone, enggak ada kertas lagi,” kata dia saat ditemui di lobi kantor.

Perubahan pola dan mobilitas Sopingi ini memang salah satu kemudahan pemberlakuan sistem surat-menyurat dari manual ke model virtual.

Kepala Sub Bagian Pengkajian dan Pengembangan Bisnis pada Bagian Pengembangan Strategis dan Teknologi Informasi PTPN VII Heru Wijayanto mengatakan, pemberlakuan e-Office memberi dampak besar kepada seluruh proses administrasi di BUMN Perkebunan ini.

“E-Opffice ini memang kebutuhan dan sudah pada zamannya.
Sekarang, semua surat-menyurat hampir papperless alias tanpa kertas. Satu surat akan didistribusikan secara elektronik berjenjang dengan memo terenkripsi. Jadi, sekarang tidak ada alasan surat tertunda karena pejabatnya dinas luar, misalnya. Sebab, semua sudah terhubung melalui gadget atau smartphone masing-masing,” kata dia.

Perubahan ini diakui Heru baru berjalan sekira setahun. Dengan demikian, secara keseluruhan di PTPN VII saat ini telah terkoneksi dengan surat elektronik menggunakan virtual office ini sehingga banyak efisiensinya.

“Kalau yang nyata, itu ada pada penggunaan kertas. Catatan di Bagian Sekretariat, pemakaian kertas, terutama untuk surat-menyurat sekitar 1.300 rim. Sedangkan setelah pemberlakuan e-Office, pemakaian kertas hanya 298 rim. Ada penghematan 78%,” kata dia.

Masih dari imbas fisik, Heru menghitung lebih dalam. Karena kertas dipakai untuk menulis, kata dia, maka dibutuhkan pena, tinta, mesin cetak (printer), mesin foto copy, dan lainnya. Maka, penghematan dari penggunaan teknologi baru ini sangat signifikan.

Adobsi Teknologi
mengikuti perkembangan, Heru mengatakan PTPN VII terus berupaya menemukan opsi terbaik dalam menjalankan perusahaan yang berdaya saing. Ia mengatakan, di hampir semua lini, manajemen mendorong untuk dilakukan berbagai inovasi.

Di bidang tanaman, PTPN VII menjemput satu teknologi baru yang dikembangkan oleh Intitut Pertanian Bogor (IPB), akhir 2018 lalu. Precipalm, nama proyek penelitian itu, adalah pemanfaatan citra satelit untuk memantau daun kelapa sawit guna mengetahui kebutuhan nutrisi tanaman.

“PreciPalm itu dijemput oleh Dirut, waktu itu Pak Muhammad Hanugroho ke IPB. Awalnya, beliau diundang oleh rektor IPB karena ada presentasi hasil penelitian tentang teknologi kelapa sawit. Ternyata PreciPalm. Karena kami punya banyak kebun sawit, itu kami tangkap,lah,” kata dia.

Di PTPN VII, PreciPalm dilaunching pada 22 April 2019 dengan demoplot kebun seluas 100 hektare di Unit Bekri, Lampung Tengah. Dalam pelaksanaannya, PerciPalm dijalankan oleh tim kerja sama dari PTPN VII, IPB, dan PT Pupuk Kaltim.
Teknologi pada PreciPalm memanfaatkan citra satelit Santineil II yang berotasi dan melintasi objek penelitian setiap dua pekan. Dari citra satelit itu, dengan intrumen yang dikembangkan IPB, para pakar akan menganalisis kandungan nutrisi di dalam daun kelapa sawit yang dipantau.

“Hasil analisis itu akan menjadi panduan bagi kita (PTPN VII) untuk perlakuan lanjutannya agar tanaman lebih baik. Rekomendasi dari analisis itu meliputi jenis nutrisi apa yang harus ditambahkan ke tanaman, apakah aplikasi lewat pupuk atau lainnya,” kata dia.

Heru mengakui, pada evaluasi setahun proyek PreciPalm di PTPN VII, pihaknya belum mendapat gambaran progress positif dari apa yang dilakukan tim IPB. Beberapa kendala yang ditemui tim, kata dia, adalah tingkat presisi dari analisis citra daun yanag bersumber dari satelit yang belum maksimal.

“Dari pihak IPB melaporkan bahwa citra satelit yang tertangkap belum presisi untuk menentukan hasil. Salah satu penghalangnya adalah gugusan awan yang kerap menutupi citra. Tetapi, mereka akan mendukung dengan penggunaan radar untuk mencapai akurasi gambar,” kata dia.

Cita-cita dari inovasi penggunaan citra satelit untuk deteksi unsur nutrisi melalui daun kelapa sawit ini memang sangat visioner. Dengan teknologi manual yang selama ini digunakan, PTPN VII sangat membutuhkan instrumen. Dari laboratorium, tenaga kerja, tingkat kesulitan pengambilan sample, dan lainnya.

Heru berharap PreciPalm ini bisa menghasilkan teknologi yang akurat dan presisi dalam menjalankan bisnis di bidang agro, terutama kelapa sawit.

“Ini sangat kami unggulkan karena masa depan PTPN VII ya, tumpuan utamanya ada pada kelapa sawit,” kata dia.(rls/her)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *