Oleh: Natalia Juliana Surya, M.Pd.
Linkarutama.com – Berdasarkan hasil dari berbagai studi Nasional maupun Internasional, saat ini Indonesia telah mengalami krisis pembelajaran (learning loss) yang cukup lama, Sabtu (21/7/2023).
Pelaksanaan Kurikulum Merdeka yang telah memasuki masa tiga tahun, ternyata masih perlu banyak pengembangan dan inovasi untuk dapat menjadi kurikulum yang mampu memulihkan pembelajaran dari krisis yang sudah lama kita alami tersebut.
Meskipun Kurikulum Merdeka telah dilaksanakan masih banyak pertanyaan yang sering muncul, “Mengapa Kurikulum Merdeka?” . Tentunya pada laman kurikulum Kemdikbud dinyatakan bahwa kurikulum merdeka memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk bersama menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar murid.
Apa itu Kurikulum Merdeka?.
Kurikulum Merdeka sendiri merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten pelajaran.
Dari keterangan di atas kurikulum Merdeka memerlukan peranan seorang guru yang selalu mau menerima sebuah perubahan tanpa tinggal diam.
Kemajuan teknologi yang juga ikut mengawal pertumbuhan generasi gen Z tentunya membuat peran para guru harus dapat mengikuti perubahan dan disesuaikan dengan kodrat zaman dan kodrat alamnya.
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa kodrat zaman berkaitan dengan keterampilan (soft skill) seperti kekuatan, potensi, atau keadaan diri peserta didik agar mereka mampu untuk hidup dan berkarya sesuai dengan perkembangan zamannya, sedangkan kodrat alam berkaitan dengan sifat dan lingkungan di mana peserta didik berada.
Bagaimana peran guru saat ini.?.
Melalui program seri Merdeka belajar episode kelima pemerintah telah meluncurkan program Guru Penggerak, hal ini berarti pemerintah mempersiapkan guru sebagai ” Ujung Tombak” perjalanan perubahan pendidikan di Indonesia dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila.
Selain itu, meningkatkan kualitas dari peserta didik tentunya yang harus diiringi peningkatan kualitas dari gurunya, seperti kata pak Nadiem, “Pembelajaran tidak akan pernah terjadi jika dalam proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum yang ada oleh guru dalam kompetensi di level apapun”.
Tentunya banyak yang bertanya, apa perbedaan peran guru yang telah ada dengan peran guru penggerak.?.
Guru yang baik belum tentu Guru Penggerak, akan tetapi Guru Penggerak Sudah Pasti Guru yang Baik
Guru yang baik yaitu guru dengan kinerja baik tetapi hanya di dalam kelas saja.
Mereka mampu meningkatkan prestasi muridnya, mengajar dengan kreatif dan inovatif, serta mengembangkan kompetensi dirinya.
Sedangkan peran Guru Penggerak tak hanya sebatas sukses dalam mengurus kelas yang diampunya. Selain menjadi guru yang baik, Guru Penggerak juga harus memiliki kemauan untuk memimpin, berinovasi, melakukan perubahan.
Yuk kita kenali 6 peran Guru demi mewujudkan profil pelajar Pancasila
mendorong Peningkatan Prestasi akademik murid
mengajar dengan kreatif
mengembangkan diri secara aktif
mendorong tumbuh kembang murid secara Holistik
menjadi Pelatih (Coach/Mentor) bagi Guru lain untuk Pembelajaran yang berpusat pada murid
menjadi teladan dan agen Transformasi bagi ekosistem Pendidikan.
Maka menurut saya, untuk memilih keluar dari Zona “Nyaman”
tentunya dengan predikat seorang guru penggerak saya mencoba untuk mampu keluar dari zona nyaman. Hal ini tentunya sangat membuat saya untuk terus berkembang meningkatkan kualitas diri.
Selain itu, berani untuk berkembang tidak hanya menjadi PR bagi diri tetapi bagaimana saya bisa mengajak peserta didik juga untuk mampu menunjukkan kemampuan dirinya, meski merasakan beberapa kendala dan berjiwa sabar.
Tentunya peran utama yang saya pilih saat ini adalah mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistik.
Pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas, pembelajaran dapat terjadi di luar kelas dan menjadi pembelajaran yang bermakna bagi murid, dengan begitu murid akan lebih nyaman.
Pengalaman mengajak peserta didik untuk berani meningkatkan prestasinya, meskipun dalam hal mata pelajaran itu tidak selaras dengan mata pelajaran saya, akan tetapi tidak ada salahnya kita tekuni.
Ketika saya ingin mencoba mengembangkan diri dengan mengikuti sebuah lomba membuat karya tulis yang diselenggarakan oleh mitra Kemdikbud dengan hadiah yang menarik, membuat saya antusias sekali.
Kegiatan lomba tersebut tidak hanya ditujukan untuk guru saja, tetapi juga untuk peserta didik yang bentuk lombanya untuk jenjang SMA adalah pidato dengan menggunakan Bahasa Inggris.
Semangat mengikuti petunjuk, yang pada akhirnya saya dihadapkan pada kenyataan, jika ingin mengikuti lomba tersebut maka saya harus mengajak dua orang peserta didik yang diikutkan pada lomba pidato Bahasa Inggris, sedangkan mata pelajaran yang saya mampu dan kuasai adalah matematika.
Tentu tantangan itu pasti, lomba ini tidak mengharuskan guru Bahasa Inggris yang mendampingi semua mata pelajaran boleh.
Langkah yang saya ambil dalam membimbing mereka adalah dengan mengambil peran sebagai coach.
Berdasarkan tema lomba yaitu kemampuan bernalar kritis dalam kehidupan sehari hari, saya memberikan pertanyan pemantik seperti berikan contoh apa yang pernah dilakukan dan memerlukan nalar kritis?. Sebagai seorang guru, jawaban apapun yang diberikan sudah merupakan kemampuan meningkatkan kualitas diri untuk berani berpendapat, di sini saya hanya mencoba memberikan sedikit penyamaan persepsi tentang apa itu nalar kritis, dan seperti apa yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari hari.
Mereka tidak menyadari bahwa saat beda pendapat dengan orang tua kala ingin memilih jurusan pendidikan adalah salah satu berpikir kritis, karena mereka harus mampu menyampaikan argumentasinya untuk dapat diterima oleh orang tua mengapa memilih jurusan tersebut untuk masa depannya. Menjadi pembimbing tidak harus kita mahir dan mampu dalam berbahasa Inggris, namun hanya sebatas mengerti apa yang mereka sampaikan tentunya sudah membuat saya nekat untuk mencoba membimbing mereka agar mau mencoba meningkatkan prestasinya di luar kelas dan semangat untuk belajar.
Kegiatan yang dilaksanakan di luar waktu sekolah juga menjadi sedikit kendala di dalam menentukan waktu latihan, dalam hal ini saya mengajak mereka untuk selalu berdiskusi lewat grup.
Bagaimana melatih intonasi suara, melatih ekspresi mimik wajah, membuat presentasi, yang tidak menghalangi untuk terus selalu berlatih.
Bernalar kritis tidak hanya ditujukan untuk peserta didik saja tentunya, saat ini bernalar kritis juga ditujukan untuk saya secara pribadi, mengajak mereka memilah contoh tema yang dapat disampaikan, membuka ruang diskusi atas masukan dari peserta didik, karena kenyamanan dalam mempersiapkan kegiatan lomba adalah hal yang utama dapat menumbuhkan semangat belajar bagi peserta didik untuk lebih baik.
Guru harus percaya dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik, agar mereka juga mampu mencari solusi sendiri atas permasalahan yang timbul sehingga dapat menjadi pribadi yang mandiri selaras dengan profil pelajar Pancasila.
Tergerak, bergerak, dan menggerakkan menjadi guru di dalam dan di luar kelas.(*/her)